China telah mengeluarkan sebuah peringatan terkait dengan ancaman Amerika Serikat (AS) untuk melakukan tindakan pembalasan menyusul serangan drone yang merenggut nyawa tiga anggota tentara AS di Yordania. Otoritas Beijing memperingatkan tentang potensi terjadinya eskalasi “rantai balasan” di kawasan Timur Tengah apabila AS benar-benar melaksanakan aksi balas dendam tersebut.
Dilaporkan oleh AFP dan Al Arabiya pada tanggal 30 Januari 2024, insiden yang menyebabkan kematian tiga tentara AS di Yordania tersebut merupakan insiden pertama yang menimbulkan korban jiwa di antara personel militer AS di kawasan itu sejak konflik antara Israel dan Hamas di Gaza bulan Oktober tahun sebelumnya.
Kondisi ini meningkatkan kecemasan akan potensi konflik yang semakin memburuk di wilayah tersebut. Pemerintah AS, di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, telah menyatakan reaksi tegas dan berjanji akan mengidentifikasi serta menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dalam serangan itu.
Kelompok yang dikenal sebagai Perlawanan Islam di Irak, yang merupakan koalisi dari beberapa kelompok bersenjata yang mendapatkan dukungan dari Iran, telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Menurut mereka, serangan itu adalah balasan atas dukungan AS terhadap Israel dalam konflik di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 26.000 kematian.
Di sisi lain, Teheran telah menyangkal keterlibatan mereka dalam mendukung kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menyampaikan bahwa pihak China “telah mencermati laporan tentang korban yang jatuh akibat serangan pada fasilitas militer AS”.
Wang menambahkan, “Kami juga memperhatikan bahwa Iran telah menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam insiden tersebut.”